Kamis, Agustus 14, 2008

Stereotip yang harus diubah tentang gamer


Selama ini, dari awal munculnya video game, muncul stereotip (pandangan / anggapan) yang muncul di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa stereotip yang harus diubah beserta alasannya:
  • Video game itu mainan anak kecil.
    Ini adalah stereotip yang beredar di kalangan orang tua. Jika anda (yang sudah dewasa) sedang atau ingin bermain game, mungkin orang tua anda akan bilang (dengan nada yang tidak mengenakkan),"udah gede kok masih main video game....". Itulah bukti bahwa stereotip ini beredar luas dan masih kuat menancap di benak orang tua (ini juga berlaku terhadap anime dan manga). Mungkin stereotip ini timbul karena game-game generasi pertama memang terlihat untuk anak kecil (seperti mario, sonic, dsb.). Seiring kemajuan teknologi, game-game beserta konsolnya sudah beranjak "dewasa". Sejak meninggalkan era 16-bit dan memasuki era 32-bit (jamannya sega dan super nintendo), game-game mulai tampak realistis. Inilah yang menjadi pemicu para developer untuk meningkatkan kemampuan konsol ke tingkat yang "gila" seperti saat ini. Dengan konsol yang "gila" ini, para developer dapat membuat game yang "gila" seperti GTA IV, MGS 4, dan game-game lain yang jelas bukan mainan anak-anak. Jadi, untuk para orang tua, hati-hati dalam memilih mainan untuk buah hati anda.....
  • Hanya untuk laki-laki.
    Meskipun sudah agak berkurang, tetapi stereotip ini masih banyak beredar. Memang perempuan banyak terdapat di dunia gaming, tapi itu semua hanyalah karakter dalam game (i.e. Lara Croft) ataupun orang di balik game tersebut. Jumlah gamer cewek masih sedikit, meskipun saat ini sudah mulai banyak bermunculan, malah mungkin mereka lebih jago dari gamer pria. Teman saya yang cewek banyak yang gamer (cewek idaman saya ya... yang seperti ini). Mayoritas mereka suka main Final Fantasy, Harvest Moon, The Sims, Ragnarok Online, Seal, Ayodance, dll. Bahkan ada yang suka main Need For Speed, GTA, Prince of Persia, Counter Strike, Guitar Hero, Winning Eleven/Pro Evolution Soccer, dan beberapa game lain yang biasanya dimainkan para gamer cowok. Jadi, untuk para orang tua, jangan anggap putri anda tomboy karena ada beberapa game yang murni untuk cewek. Dan untuk para gamer cowok, bersyukurlah kalian jika pacarmu seorang gamer, jadi bisa ngegame sambil ngedate. Praktis, murah, tidak repot (kayak sponsor aja....).
  • Sulit dapat pacar.
    Sejak game online mulai ramai, banyak gamer yang dipertemukan oleh game online. Sbegai contohnya, teman saya dapat pacar sesama pemain Ragnarok Online. Meskipun dipisahkan oleh jarak yang jauh (pacarnya di Jakarta), tetapi via game online mereka dapat bertemu dan saling mengobrol. Di luar negeri, ada pasangan yang dipertemukan dan harus berpisah karena game Championship Manager. Mereka bertemu dan akhirnya menikah karena sama-sama bermain CM, tetapi beberapa bulan kemudian sang istri menggugat cerai karena selalu kalah jika bermain bersama ( -_-;?). Ada juga yang bertemu dan menikah karena sama-sama bermain World of Warcraft. Lalu yang terbaru, seorang gamer sekaligus programmer memodifikasi game Bejeweled yang sering dimainkan pacarnya. Jika sang pacar berhasil menyelesaikan beberapa level, maka akan muncul pernyataan lamaran. Akhirnya mereka pun menikah. Cerita tidak hanya sampai disitu, developer Bejeweled, PopCap games, menyatakan salut atas cara melamar sang mempelai pria. PopCap juga membiayai acara bulan madu mereka. Jadi, siapa bilang gamer sulit dapat pacar. Seperti yang saya bahas di bagian 2, gamer-gamer cewek sudah bermunculan. Saatnya untuk berburu....
Jadi, stereotip di atas perlu dihapus karena jaman sudah berubah. Bagi yang punya pendapat lain silakan beri komen...

1 komentar:

cisthouse™ mengatakan...

Saya bukan gamers siyh mas, tapi saya suka main game, hehehe...secara logika bisa dikatakan gamers y?